Jumat, 24 Juli 2015

Pentingnya multidisiplin keilmuan dalam pembangunan maritim

Bangsa Indonesia kini mulai tersadarkan atas penting nya perhatian yang lebih pada sektor usaha di laut. Pasca terpilihnya presiden ke-7 yang membawa visi Indonesia harus menjadi poros maritim dunia, hal ini disambut baik oleh banyak kalangan. Diskusi-diskusi hebat telah banyak diselenggarakan baik oleh kalangan akademisi hingga pengusaha. Pada umumnya, tujuan dari diskusi yaitu untuk membangun kerangka berpikir secara konstruktif dari berbagai sudut pandang (baik secara keilmuan, regulasi, lingkungan dan bisnis). Sehingga diskusi-diskusi tersebut telah banyak melahirkan pengetahuan baru, misalnya bagaimana kita memandang potensi laut ke depan, bagaimana upaya pengelolaannya (baik pada lingkungan maupun industri yang akan dikembangkan), siapa saja yang dapat terlibat di dalamnya, dll.

Pada awalnya memang ada perdebatan mengenai konteks “maritim” yang diusung ini. Apakah ini lebih condong pada industri dan jasa di sector pelabuhan dan pelayaran, atau apakah ini condong pada keinginan Negara untuk menguasai sumber daya laut. Namun ada baiknya, mari kita tinggalkan saja nafsu berdebat ini. Daripada memperdebatkan pecel harus di makan di atas piring atau di atas daun pisang, bukan kah lebih baik kita nikmati saja pecel nya? Namun ada hikmah dibalik perdebatan, yaitu menyadarkan kita bahwa pengembangan di sektor laut ini bisa sangat luas.
Potensi jasa dan industri di sektor laut ini sangat luas, dan sayangnya belum termanfaatkan dengan baik, Kita sebut saja di sektor perikanan dan kelautan, menurut menteri Susi (dalam majalah SWA edisi 2-15 april 2015) nilai potensi ekonomi di sektor perikanan dan kelautan mencapai US$ 1.000 miliar (atau sekitar Rp 13.000 triliun pertahun). Nilai ini hampir enam kali lipat lebih besar dari APBN 2015 yang senilai Rp 1.984 triliun. Adapun potensi di sektor perikanan dan kelautan yang dimaksud meliputi industri perikanan tangkap, pariwisata bahari, energi terbarukan, biofarmasitika laut, transportasi laut, minyak bumi dan gas lepas pantai, mineral dasar laut, industri dan jasa maritim, industri garam. Nilai tersebut bisa jauh lebih besar dari sisi kebermanfaatan jika memperhitungkan jasa-jasa kecil yang bangkit di sekitar pelabuhan. Dengan demikian tantangan besar di sektor laut bukan hanya harus mematikan illegal fishing ataupun mengahadapi mafia di industri perikanan ataupun migas.

Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah, terutama di sektor industri jasa pelayaran dan pelabuhan, salah satu nya adalah ketegasan pemerintah untuk memberlakukan asas cabotage (muatan domestik harus diangkut oleh kapal berbendera Indonesia). Hal ini tentu akan mendorong beralihnya potensi muatan domestik yang diangkut oleh kapal asing ke kapal nasional, dan tidak menutup kemungkinan untuk mengambil alih potensi muatan laut internasional. Dengan berlakunya asas cabotage maka diharapkan jasa pelayaran nasional akan berkembang dan mendorong industri kapal untuk berkembang. Namun ada lagi persoalan lain yaitu menyangkut harga produksi kapal lokal yang lebih mahal dari pada mendatangkan kapal dari negara lain. Bank nasional belum memiliki kemudahan untuk melalukan pemberian pembiayaan (kredit) untuk pengadaan kapal ataupun modal usaha. Permasalahan ini bukan hanya dialami oleh jasa pelayaran cargo, namun juga dihadapi pengusaha perikanan tangkap. Tantangan lain di sektor pelabuhan pun tidak kalah besar, penerapan skema pelabuhan pengumpul dan pengumpan diharapkan dapat menjadikan efektif dalam pengembangan kawasan pelabuhan. Pelabuhan harus mengakomodir kebutuhan ruang terkait draft kapal, kolam pelabuhan, fasilitas pengangkatan/pengakutan cargo. Kebutuhan pelabuhan yang memakan biaya tidak sedikit ini menjadikan pemahaman bersama bahwa tidak semua pelabuhan harus dalam bertaraf internasional, selain itu skema pelabuhan pengumpul dan pengumpan akan mendukung meningkatnya pelayaran nasional.

Mengingat luasnya bidang-bidang usaha yang “bermain” di lingkungan laut, maka kajian mengenai kemaritiman, kelautan dan perikanan seharusnya dikembangkan secara komprehensif dari berbagai latar belakang ilmu dan pengalaman. Sebagai contoh ilmu kelautan dapat memberi masukan dari sudut pandang lingkungan lautnya, perikanan dalam teknologi penangkapan ataupun pengolahan, tenik perkapalan dalam pengembangan industri pelayaran, teknik sipil dalam perencanaan pelabuhan dan sistem transpostasi, teknik mesin dan teknik elektro dalam pengembangan energi terbarukan, teknik kimia dan bioteknologi dalam pengembangan biofamasitika, teknik perencanaan wilayah dalam penataan ruang pesisir, studi ekonomi dalam prediksi keekonomian maritim, studi hubungan internasional dalam memandang berbagai kebijakan dari sisi hubungan bilateral, dan konsentrasi studi lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Tantangan kita bersama di sektor laut ke depan antara lain mengembangkan science dan teknologi (di masing-masing bidang), mengembangkan basis data dan sistem IT yang terintegrasi, mengkaji kembali kebijakan terkait peraturan pemerintah, mengkaji kembali efektifitas sistem yang telah berjalan, dan mungkin masih banyak lagi di luar pengetahuan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar