Bangsa Indonesia kini mulai tersadarkan atas
penting nya perhatian yang lebih pada sektor usaha di laut. Pasca terpilihnya
presiden ke-7 yang membawa visi Indonesia harus menjadi poros maritim dunia,
hal ini disambut baik oleh banyak kalangan. Diskusi-diskusi hebat telah banyak
diselenggarakan baik oleh kalangan akademisi hingga pengusaha. Pada umumnya,
tujuan dari diskusi yaitu untuk membangun kerangka berpikir secara konstruktif
dari berbagai sudut pandang (baik secara keilmuan, regulasi, lingkungan dan
bisnis). Sehingga diskusi-diskusi tersebut telah banyak melahirkan pengetahuan
baru, misalnya bagaimana kita memandang potensi laut ke depan, bagaimana upaya
pengelolaannya (baik pada lingkungan maupun industri yang akan dikembangkan), siapa
saja yang dapat terlibat di dalamnya, dll.
Pada awalnya memang ada perdebatan mengenai
konteks “maritim” yang diusung ini. Apakah ini lebih condong pada industri dan
jasa di sector pelabuhan dan pelayaran, atau apakah ini condong pada keinginan
Negara untuk menguasai sumber daya laut. Namun ada baiknya, mari kita tinggalkan
saja nafsu berdebat ini. Daripada memperdebatkan pecel harus di makan di atas
piring atau di atas daun pisang, bukan kah lebih baik kita nikmati saja pecel
nya? Namun ada hikmah dibalik perdebatan, yaitu menyadarkan kita bahwa
pengembangan di sektor laut ini bisa sangat luas.
Potensi jasa dan industri di sektor laut ini
sangat luas, dan sayangnya belum termanfaatkan dengan baik, Kita sebut saja di
sektor perikanan dan kelautan, menurut menteri Susi (dalam majalah SWA edisi
2-15 april 2015) nilai potensi ekonomi di sektor perikanan dan kelautan
mencapai US$ 1.000 miliar (atau sekitar Rp 13.000 triliun pertahun). Nilai ini hampir
enam kali lipat lebih besar dari APBN 2015 yang senilai Rp 1.984 triliun.
Adapun potensi di sektor perikanan dan kelautan yang dimaksud meliputi industri
perikanan tangkap, pariwisata bahari, energi terbarukan, biofarmasitika laut,
transportasi laut, minyak bumi dan gas lepas pantai, mineral dasar laut, industri
dan jasa maritim, industri garam. Nilai tersebut bisa jauh lebih besar dari
sisi kebermanfaatan jika memperhitungkan jasa-jasa kecil yang bangkit di
sekitar pelabuhan. Dengan demikian tantangan besar di sektor laut bukan hanya
harus mematikan illegal fishing
ataupun mengahadapi mafia di industri perikanan ataupun migas.
Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah, terutama di sektor industri jasa pelayaran dan
pelabuhan, salah
satu nya adalah ketegasan pemerintah untuk memberlakukan asas cabotage (muatan
domestik harus diangkut oleh kapal berbendera Indonesia). Hal ini tentu akan
mendorong beralihnya potensi muatan domestik yang diangkut oleh kapal asing ke
kapal nasional, dan tidak menutup kemungkinan untuk mengambil alih potensi muatan
laut internasional. Dengan berlakunya asas cabotage maka diharapkan jasa
pelayaran nasional akan berkembang dan mendorong industri kapal untuk
berkembang. Namun ada lagi persoalan lain yaitu menyangkut harga produksi kapal
lokal yang lebih mahal dari pada mendatangkan kapal dari negara lain. Bank
nasional belum memiliki kemudahan untuk melalukan pemberian pembiayaan (kredit)
untuk pengadaan kapal ataupun modal usaha. Permasalahan ini bukan hanya dialami
oleh jasa pelayaran cargo, namun juga dihadapi pengusaha perikanan tangkap. Tantangan
lain di sektor pelabuhan pun tidak kalah besar, penerapan skema pelabuhan
pengumpul dan pengumpan diharapkan dapat menjadikan efektif dalam pengembangan
kawasan pelabuhan. Pelabuhan harus mengakomodir kebutuhan ruang terkait draft
kapal, kolam pelabuhan, fasilitas pengangkatan/pengakutan cargo. Kebutuhan
pelabuhan yang memakan biaya tidak sedikit ini menjadikan pemahaman bersama
bahwa tidak semua pelabuhan harus dalam bertaraf internasional, selain itu
skema pelabuhan pengumpul dan pengumpan akan mendukung meningkatnya pelayaran
nasional.
Mengingat luasnya bidang-bidang usaha
yang “bermain” di lingkungan laut, maka kajian mengenai kemaritiman, kelautan
dan perikanan seharusnya dikembangkan secara komprehensif dari berbagai latar
belakang ilmu dan pengalaman. Sebagai contoh ilmu kelautan dapat memberi
masukan dari sudut pandang lingkungan lautnya, perikanan dalam teknologi
penangkapan ataupun pengolahan, tenik perkapalan dalam pengembangan industri
pelayaran, teknik sipil dalam perencanaan pelabuhan dan sistem transpostasi,
teknik mesin dan teknik elektro dalam pengembangan energi terbarukan, teknik
kimia dan bioteknologi dalam pengembangan biofamasitika, teknik perencanaan
wilayah dalam penataan ruang pesisir, studi ekonomi dalam prediksi keekonomian
maritim, studi hubungan internasional dalam memandang berbagai kebijakan dari
sisi hubungan bilateral, dan konsentrasi studi lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.